Hari ahad, hari memasak buatku. Soalnya satu-satunya hari
dalam seminggu yang bisa kugunakan untuk stay di rumah. Setelah enam hari
dengan rutinitas yang itu-itu aja, ngebase camp, ke desa-desa dampingan, yang
sering capek diatas motor sepanjang hari, kalau hari ahad, aku usahakan banget
untuk tidak pergi kemana-mana. Kalau tidak terpaksa banget, kalau harus ikut
arisan keluarga atau ada acara sekolahnya Aca, tapi tidak setiap hari Ahad kok.
Kembali ke memasak. Biasanya memasak untuk makanan kami
untuk sehari itu. Pagi-siang-malam. Habis itu bisa bikin-bikin kue, puding, atau cemilan.
Bisa dibilang, aku mati-matian deh memasaknya. Namanya juga gak pernah belajar
memasak sebelumnya, secara aku juga gak pernah jadi anak kos yang mengharuskan
diri harus memasak sendiri (meskipun gak semua anak kos harus masak sendiri ya
hehe). Memasak makanan yang bagi orang lain mudah banget, bagiku adalah perjuangan.
Karena kasihan juga kalau Aca tidak pernah merasakan masakan ibunya sendiri. Walaupun neneknya sendiri yang masak, pasti berbeda. Aku ingin Aca punya kenangan tentang masakan ibunya kelak saat dia besar. Jadi sebelum aku bisa memasak untuknya tiap hari, sementara ini seminggu sekali dulu lah. InsyaAllah ya Ca. Secepatnya akan bisa dimasakin setiap hari.
Alhamdulillah, syarat makannya Aca cuma asal ada kuahnya saja. Aca itu makannya memang
banyak, tapi picky eater banget. Gak mau makan sayur or buah. Kalau lauk, akhir-akhir
ini sudah lumayan ada peningkatan dibanding dulu yang gak doyan sama sekali. Sudah mau makan ikan goreng, telur (harus
direbus dan putihnya saja), nugget, dan sate ayam (eh, bumbu satenya aja ding).
Intinya, selama ada nasi+kuah+lauk sesuai requestnya dia akan makan banyak.
Sehari bisa lima kali lho kalau cocok. Apalagi kalau kuah santan atau lodeh
buatan utinya, sukaa banget.
Dan berhubung aku kalau soal masak yang ribet atau
lodeh-lodehan begitu benar-benar belum bisa, jadilah, tiap ahad, makanan favorit
sepanjang hari adalah sayur bening, sop, sayur asem, berganti-ganti sesuai mood
yang masak. Itu aja masih ribet banget lhoh. Berhubung tidak terbiasa,
kadang cuma masak sayur asem aja aku harus gugling internet dulu karena sering lupa bumbunya
apa. Atau tiba-tiba sms Citra sama Mbak Wati tanya-tanya bumbu. Belum lagi nyuci
peralatan masaknya, hadeehh, lebih praktis jajan di warung deh (suka muncul
pikiran jahat gitu hehe)
Tapi, ada yang special dengan memasak sendiri. Walaupun
dengan rasa yang seadanya (aku yakin gak akan bisa nandingin masakan uti kan
Ca?), tapi ada perjuangan sepenuh hati. Jadi, karena sampai
sekarang pun aku gak pernah pede kalau masak sendiri, karena selalu gak yakin
akan berhasil walaupun sudah plek sesuai resep, tiap masak, andalanku adalah selalu
berdoa sepanjang ‘perjuangan’ itu. Berdoa setidaknya agar masakanku lumayan
enak. Berdoa semoga Aca mau makan banyak. Dan berdoa semoga makanan ini bisa membuat hati Aca lebih lembut dan
badan Aca lebih kuat. Bener lho, dengan doa (juga shalawat), so far, Aca selalu
bilang masakanku Enaak. Kalau sudah begitu, impas deh dengan perjuangannya! ^_^
Ahad kemarin, masak sop ayam, perkedel kentang, tahu goreng, telur rebus(telurnya udah dicowel-cowel Aca).
Malemnya bikin bubur mutiara. Aca mau nyicip dikiiiiit.
0 Comments