Menjadi relawan di beberapa komunitas sosial sering membuatku ikut dalam penyaluran santunan, bantuan, atau bingkisan dalam berbagai bentuk. Kadang berupa uang tunai, sembako, atau bahkan hanya satu porsi nasi bungkus.
Beberapa waktu lalu, aku dikirimi sebuah artikel oleh Mba Dini yang di dalamnya ada berita tentang pembagian nasi bungkus yang penerimanya meminta swafoto saking seringnya ia mengalami kejadian serupa. Mendapatkan satu nasi bungkus, difoto, lalu selesai begitu saja.
Tapi memang, pernahkah kita terpikir, bahwa, mungkin, ada hati yang telah tersakiti hanya karena kita mengajak mereka berfoto bersama kita dengan tersenyum paksa dan memperlihatkan satu buah bingkisan menghadap kamera?
Padahal bisa jadi, mereka malu. Mereka membutuhkan bantuan, tapi malu ketika merasa dengan menerima bantuan jadi wajah mereka ada di mana-mana. Bisa jadi, mereka tidak nyaman karena satu dua hal. Atau alasan-alasan lain yang kita sendiri tidak mengetahuinya.
Coba bayangkan jika kita di posisi mereka, kelaparan, memikirkan ada anak istri di rumah yang akan sangat bahagia menerima nasi bungkus gratis, ingin segera pulang menyerahkan nasi bungkus tersebut, tapi jadi lama karena harus mengikuti “aturan” pemberi nasi bungkus dengan berfoto bersama.
Dokumentasi memang sangat penting. Terutama penyaluran bantuan yang berasal dari penggalangan dana yang melibatkan banyak orang. Dokumentasi menjadi wajib sebagai bukti bahwa donasi meerka telah disalurkan dengan baik dan tepat sasaran kepada yang membutuhkan. Tapi kita harus lebih selektif untuk memilih dan memilah dokumentasi yang diperlukan agar tidak menyakiti hati penerima.
Sejak saat itu, aku jadi lebih berhati-hati saat mengambil foto para penerima manfaat atau penerima bantuan. Bahkan aku sangat menghindari kalau penyaluran bantuan dibatasi waktu dan terburu-buru, karena bisa dipastikan akan seadanya dan sekenanya.
Aku menyukai berinteraksi dengan para penerima tersebut. Beberapa orang yang pernah kutemui bahkan mengaku sangat bahagia, jika kita datang tidak hanya untuk menyerahkan bantuan lalu pergi begitu saja. Dengan mengobrol sejenak, menanyakan kabar, mendengarkan ceritanya dan mendoakan kebaikan kepadanya pasti akan sangat berbeda rasanya dibanding hanya menyerahkan sebungkus plastik sembako di depan rumah.
Mencoba memahami mereka, menghormati hak mereka jika keberatan difoto yang menampilkan wajah mereka secara jelas. Tentu saja bisa diakali dengan mengambil foto dari samping atau saat menerima bingkisan dari tangan ke tangan. Kalaupun memang tidak bisa mengambil satu dua foto, tidak apa-apa. Tidak semua orang menolak kok. Banyak yang senang difoto saat menerima bingkisan.
Ini akan membuat kegiatan berbagi kita tidak menyakiti mereka. Tidak merendahkan harga diri mereka hanya karena kita yang memberi kepada mereka. Sesungguhnya kita yang butuh mereka. Bayangkan saja jika tidak ada lagi orang yang menerima sedekah? Kemana kita akan memberikan sebagian harta kita yang memang wajib diberikan kepada orang lain?
Bonusnya, dengan berbagi tanpa menyakiti dan memberi dari hati akan membuat banjir doa kepada kita bahkan tanpa kita minta sekalipun. Dengan begitu, percaya deh, kalian akan ketagihan menjadi seorang relawan kegiatan sosial hahaha…
0 Comments