Hari ini, tiba-tiba seorang teman bertanya suatu hal yang agak berbeda padaku. Dia bertanya “Bagaimana aku bisa move on setelah semua hal tidak menyenangkan yang kualami dalam hidupku beberapa tahun belakangan ini?”
Jawabanku adalah dengan berusaha. Tidak bisa hanya menunggu kita bisa lupa dan move on dengan sendirinya. Usahaku salah satunya dengan mengikuti Pesantren Riyadhoh. Aku sudah mendengar istilah riyadhoh itu bertahun-tahun lalu. Riyadhoh adalah melatih dan membiasakan diri untuk beribadah secara disiplin dan teratur. Menyempurnakan ibadah-ibadah wajib dan menghidupkan ibadah-ibadah sunnah. Dulu sempat mencoba mempraktekkan tapi selalu tidak bisa konsisten.
Bulan Mei tahun 2018, tidak sengaja mengetahui flyer Pesantren Riyadhoh ini di timeline Instagram. Ada dua kantor cabang Daarul Quran yang menyelenggarakan pesantren riyadhoh ini. Jakarta dan Malang. Dan entah mengapa, aku ingin sekali ikut. Satu hal yang jarang sekali kulakukan yaitu membuat keputusan harus pergi sejauh itu sendiri.
Mengajak seorang teman yang alhamdulillah juga bersemangat sekali, jadilah kami ke Malang. Berdua, tidak tahu sama sekali daerah sana. Nekad memang, tapi akhirnya kami pergi juga setelah menguras tabungan untuk biaya pesantren dan ongkos perjalanan.
Niatku waktu itu memang untuk mencari ketenangan dan kesembuhan diri. Karena sungguh, setahun itu teramat berat bagiku. Cerita tentang ini mungkin akan aku bagikan di postingan lain, jadi kali ini aku hanya akan bercerita tentang pesantren riyadhohnya saja. Sebelumnya, aku belum pernah mengikuti pesantren dan sejenisnya. Aku orang yang awam sekali soal pesantren, tidak pernah ikut pengajian-pengajian, tapi tetap memutuskan untuk mengikuti pesantren riyadhoh.
Pesantren riyadhoh
ini diadakan selama tiga hari dua malam. Selama ini kami para peserta
dikarantina untuk belajar agama. Kami menginap di sebuah
homestay yang nyaman di pinggiran Kota Malang.Tempatnya sepi, jauh dari keramaian dan di sebelah tempat kami menginap ada masjid yang bagus dan bikin betah di sana lama-lama.
Sepanjang hari tidak diperkenankan memegang hp, tapi berinteraksi khusus dengan Al Quran. Kami belajar berbagai macam materi dari guru-guru yang berbeda. Terdiri dari materi-materi seperti Kajian dhuha, tahajud, sedekah dan tauhid. Kami digembleng untuk terus berbaik sangka kepada Allah. Apapun masalahnya. Untuk kembali kepada Alllah ketika kita merasa semua jalan keluar masalah terasa buntu. Butuh sebuah pesantren riyadhoh untuk mengerti semua yang telah kualami selama ini. Untuk Ikhlas, untuk menerima, untuk memaafkan, untuk berlari ke pangkuan Allah lagi.
Karena semua masalah sesungguhnya terjadi karena dosa kita. Dosa kita yang sedemikian besar. Tapi Allah sungguh lebih sayang kita. Dengan dosa kita yang sebesar itu, Allah masih perhatikan kita dengan memberi kita masalah. Untuk mengingatkan kita. Agar kita kembali padanya.
Dibimbing oleh Ustadz Zali, Ustadz Teguh, Ustadz Muzili, yang semuanya memberiku ilmu baru yang menjadikanku menyadari betapa sedikitnya ilmu yang sudah kupelajari. Di sesi terakhir juga ada konseling bersama Ustadzah baik hati yang setiap kata-katanya menamparku dengan keras. Terutama soal percaya kepada manusia.
Di pesantren itu, kami sholat bersama para penghafal Quran dan belajar tahsin dari para penghafal Quran. Semuanya sungguh membuat hatiku bergetar. Ah, dulu aku selalu ingin agar Aca juga menjadi penghafal AlQuran juga. Lalu bagaimana denganku? Tidak inginkah aku juga menghafal AlQuran?YA Allah, aku ingiiiin sekali.
Pengalaman sholat tepat waktu berjamaah, dan berinteraksi dengan AlQuran tiga hari itu membuatku kuat. Aku bisa pulang dengan hati yang baru, jiwa yang baru, dengan membawa janji, bahwa apapun yang terjadi nanti, semenyakitkan apapun hal yang terjadi padaku, sebesar apapun hinaan orang kepadaku, aku akan tetap berbaik sangka kepada Allah.
Aku mengetik ini sambil menangis. Rindu saat-saat itu. Aku rindu ketenangan hati ketika di sepertiga malam kami semua bangun untuk sholat malam berjamaah. Mendengar lantunan surah AlQuran dari imam muda yang bacaannya bikin merinding. Aku tak berhenti berdoa semoga Aca bisa sepertinya, yang jadi imamku saat itu. Santri Daarul Quran. Salah satu penghafal AlQuran.
Pesantren Riyadhoh itu salah satu yang mengubah hidupku menjadi seperti sekarang. Yang ikut menyembuhkan luka-lukaku kala itu. Setiap orang pasti punya cerita dan masa lalu menyakitkan. Dan setiap orang juga punya caranya sendiri untuk move on dan melanjutkan hidup. Ini caraku, bagaimana caramu?
#OneDayOnePost
#ODOP
#Day74
0 Comments